Blogger Widgets All About Us..

Kamis, 13 April 2017

Cerita Dibalik Kebudayaan....

Bercerita tentang kebudayaan Minangkabau, mungkin tak lepas dari pembicaraan mengenai rendang dan randai. Hampir semua masyarakat di Indonesia mengetahui dan familiar dengan hal tersebut. Sebagai salah satu gadis keturunan minang, saya sangat interest untuk memahami dan mengetahui lebih lanjut mengenai kebudayaan ini. Bukan bermaksud rasis ataupun berpihak sebelah, tetapi saya sendiri masih belum tahu betul apa saja yang menjadi ciri khas kebudayaan minangkabau ini.

Sejak kecil saya dibesarkan di lingkungan dengan heterogenitas kebudayaan. Tidak hanya budaya minang, tetapi berbagai etnis dan suku seperti jawa, sunda, batak atau bahkan melayu. Ya, saya gadis berdarah minang namun dilahirkan di tanah melayu sampai akhirnya mengemban cita-cita di tanah Jawa. Sudah hampir seperempat abad saya hidup, beraneka ragam kebudayaan tak pernah lepas dalam menghiasi hari-hari saya.

Lima tahun lalu, tepatnya pada tahun 2012, saya memutuskan untuk merantau dari Jambi ke Padang. Saat itu saya diterima di salah satu sekolah kesehatan di Padang. Beruntungnya, saya diberikan kesempatan untuk melihat dan mendalami lebih jauh apa saja yang ada di negeri Minang ini. Jujur, sebagai gadis keturunan Minang, saya merasa malu ketika saya ditanya "bisa mangecek minang, ndak?" atau "Dima kampuang?" seperti itulah pertanyaan - pertanyaan dari sekeliling yang sering dilontarkan pada saya.

Awalnya saya merasa memiliki dua jati diri, sebagai gadis melayu atau gadis minang. Saya lahir dan dibesarkan di lingkungan melayu, bahasa sehari-hari saya adalah bahasa melayu tanpa pernah menyelipkan bahasa minang dalam keseharian, ya balik lagi karena teman-teman dan lingkungan saya sudah terbiasa dengan kebudayaan melayu. Bagi saya tak masalah

Lalu, sejak saya menghabskan waktu selama tiga tahun di Padang. Perlahan saya mulai terbiasa berkomunikasi menggunakan bahasa Minang, pun karena pengaruh teman-teman dan lingkungan saya juga. Pelan-pelan saya belajar dengan teman mengenai kebudayaan Minang, adat-istiadat dan kebiasaan yang sering terjadi di Minang bahkan sampai pernikahan adat Minang pun saya tanyakan karena nantinya akan berpengaruh pada rencana masa depan saya ( Kemungkinan besar saya menggunakan adat minang dalam pernikahan hehehe )

Setelah saya tahu banyak hal mengenai budaya Minang, saya merasa perlahan menyatu dengan kebudayaannya. Saya mulai terbiasa dengan hal yang saya anggap baru ini. Mungkin salah satu tujuan ibu saya menyarankan untuk belajar di Sumatera Barat bisa jadi saya disuruh memahami seluk beluk kebudayaan Minangkabau. Sejak saat itu, ketika saya bertemu dengan orang-orang yang menggunakan bahasa minang, saya mereasakan telah menjadi bagian dari mereka, padahal nyatanya saya pun belum atau bahkan tidak mengenal mereka. Begitulah rasanya ketika suatu kebudayaan telah melekat dalam diri seseorang :')

Pelajaran Kebudayaan ini pun tak berhenti sampai disitu. Di tahun 2016, tepatnya setahun yang lalu, Tuhan masih memberikan saya rezeki untuk belajar kembali di sebuah negeri yang berbeda dengan budaya Minang. Saya kembali menginjakkan kaki di tanah Jawa. Bedanya, disini saya tidak hanya belajar satu kebudayaan saja, tapi keheterogenitas kembali mencuat. Saya memiliki teman-teman yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Ada yang dari Sunda, Jawa, Bugis, Minang bahkan Papua, saya jumpai disini. Bedanya di Padang, saya hanya bertemua dengan satu kebudayaan; jarang yang berbeda - beda kebudayaan.

Disini saya mengambil pelajaran, bahwa Indonesia sesungguhnya kaya akan budaya. Setiap budaya pun memiliki ciri khas dan keindahan amsing-masing. Betapa nikmat luar biasa Tuhan mengenalkan saya dengan teman-teman hebat yang memiliki beraneka ragam kebudayaan. Saya belajar banyak. Dan dari sinilah, rasa cinta terhadap tanah air perlahan muncul. Walaupun sebelumnya saya sempat sedih dan kecewa dengan permasalahan - permasalahan yang terjadi di negeri saya, toh masih ada segelintir kebanggan dan kecintaan yang patut saya junjung. BHINEKA TUNGGAL IKA.

Mungkin hikmahnya Tuhan menciptakan Indonesia berpula-pulau bukan berarti terpecah belah, tapi disitulah pelajaran yang sesungguhnya. Kita kaya. Kita memiliki alam yang luas. Kebudayaan yang beraneka ragam. Orang-orangnya hebat dan ramah tamah. Lalu, masihkah kita mau dipecah belah oleh bangsa lain? Sudah sewajarnya, kita sendiri yang memelihara dan melestarikan kebudayaan ini agar nantinya anak cucu kita juga merasakan hal yang sama seperti yang kita rasakan.

Beberapa minggu lalu, saya dan teman-teman saya kebetulan datang dalam Minang Culture Festival. Dalam acara tersebut dipentaskan sebuah drama yang berjudul "Robohnya Rumah Gadang". Awalnya saya berpikir bahwa akan ada adegan rumah gadang yang benar-benar roboh. Namun, setelah akhir cerita, judul drama tersebut sesungguhnya adalah kiasan yang menceritakan bahwa saat ini sudah banyak anak-anak muda yang hampir melupakan budaya, melupakan kampung halaman, pelajaran dari orang-orang terdahulu, sehingga lamban laun, pelestarian kebudayaan sendiri pun menjadi krisis dan lama kelamaan akan menjadi bobrok (read: runtuh).

Pesan dalam drama tersebut pun mencambuk saya untuk selalu ingat betapa alam pun punya pengaruh. Tingkah laku menjadi penentu. Mau jadi apa bangsa dan negara ini, dari kita lah semuanya bermula....




 Minang Squad #MinangCultureFestival

  

Tari Pasambahan #MinangCultureFestival



Location: Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat (April, 2, 2017)

Senin, 05 September 2016

Perjuangan (Kembali)

Hari itu dimana saya hampir menyerah dengan perjuangan saya, hari dimana saya ingin berlari jauh hingga tak ada yang menemukan saya. Saya ingin pergi ke tempat yang tak diketahui oleh orang. Saya ingin menyendiri. Tapi disisi lain hati saya meronta untuk tetap pada pijakan semula. Perjuangan yang telah dimulai sejak awal rasanya ingin saya akhiri secepat mungkin. Tak ada lagi tersisa peluh yang mencambuk saya untuk bangkit. Saya akhirnya menyerah....




Tidak! Ada sesuatu yang menampar saya, hingga saya benar-benar lupa apa yang ingin saya lakukan tadi. Kabur dari kenyataan? Rasanya mungkin saja saya lakukan, Tapi sesuatu itu terus menerus meneror saya hingga perlahan keberanian saya kembali muncul, rasa percaya diri saya datang kembali bersamaan dengan semangat yang hampir memudar. Saya sadar bahwa berhenti bukanlah pilihan terakhir, karena saya masih bisa memilih mau berakhir dengan bahagia atau sebaliknya,..Ya tentunya saya akan memilih untuk bahagia dan membahagiakan.

Dari situlah awal perjuangan saya (kembali) dimulai. Saya pernah beberapa kali bahkan berulang kali (mungkin) gagal dalam satu pilihan. Saya pernah hampir menyerah dengan jalan yang saya tempuh. Bahkan tangisan saya sudah berulang kali pecah hanya karena kekecewaan dan penyesalan saya. 
Saya sebenarnya malu pada diri sendiri. Mengapa disaat seperti itu saya seperti bukan manusia yang tak punya Tuhan, Saya seperti orang putus asa yang tak yakin akan takdir dan rezeki. Saya benar-benar malu pada diri sendiri dan Tuhan.

Disaat keputusasaan saya, akhirnya Tuhan menampar saya sangat keras, hingga saya lupa bagaimana rasa sakit atas kegagalan yang saya lalui. Lalu, mendekap saya dalam tangan-Nya. Disaat terpuruk, logika saya kadang tak jalan. Entah sudah berapa banyak kalimat ngaco yang saya ucapkan dalam tangisan, penyeselan dan kekecewaan. Saya seperti tak punya iman. Sungguh memalukan!

Sampai pada akhirnya, Allah mengetuk hati saya, menyiraminya dengan kelembuatan dan kehangatan dan menuntun saya ke jalan yang harus saya tempuh. Perlahan, Dia mengajarkan saya bahwa perjuangan saya belum berakhir. Dia menginginkan saya untuk meraih impian saya dengan kerja keras lagi, bukan dengan cara instan, yang bisa saja suatu hari akan hilang dengan instan pula. Saya malu pada Allah saat itu. Saya merasa hanya butiran pasir pantai yang bisa saja menghilang ditiup angin. Tapi karena kasih sayang-Nya pada saya, Dia tak pernah meninggalkan saya dalam keadaan apapun. Seperti hari ini, saya ingin mengungkapkan bagaimana terharu dan bahagianya saya bisa seperti saat ini. Serentetan hari - hari yang telah saya lalui begitu berat. Saya tak akan menceritakan bagaimana detailnya, cukup saya dan Allah yang tahu. Tapi untuk bisa sampai saat ini? Berterima kasihlah pada hari berat tersebut yang menjadikan saya lebih dewasa lagi.

Saya hanya ingin berbagi kisah bahwa selama sisa perjuangan saya yang kemarin---hingga hari ini---tak lepas dari bantuan-Nya, doa orang tua saya dan doa - doa orang baik dan luar biasa. Tanpa-Nya dan tanpa mereka saya bukan apa-apa. Mungkin ini kedengaran seperti kalimat pembuka pidato, tapi ternyata saya telah membuktikannya sendiri. Memang benar. Saya yang dulunya bukan siapa-siapa perlahan kembali untuk menjadi siapa, kembali untuk memberikan yang terbaik buat mereka. Rasanya tidak adil jika saya menyerah sedangkan banyak orang diluar sana telah menyemangati dan mendoakan saya. Untuk itulah saya berada disini. Di kampus ini...Kampus perjuangan (kembali) :)

Kenapa saya bisa berada disini? Salah satunya dari cerita saya diatas. Awalnya saya tidak pernah berpikir untuk melanjutkan studi disini, karena pertama kampus ini mustahil saya raih dan kedua saya tak banyak pilihan untuk berada disni. But see, sekarang saya sudah menjadi bagian dari kampus ini. Rasa kemustahilan saya dulu akhirnya dibuktikan dengan apa yang saya dapatkan saat ini. Sempat speechless karena tak pernah menyangka jika perjuangan berat kemarin akan berakhir dengan Rahmat yang luar biasa. Itulah jawaban Allah untuk saya, jika yang menurut saya baik, belum tentu baik menurut-Nya, jika yang menurut saya buruk, belum tentu buruk menurut-Nya.







....Maha benar Allah dengan segala firman-Nya

Sabtu, 07 Mei 2016

Lemme Change To...?

Rasanya sudah sangat lama saya tidak meluangkan waktu hanya untuk menulis atau menceritakan beberapa hal yang telah terjadi dalam hidup saya. Dulu, saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar, diary pribadi bahkan hampir penuh dengan tulisan-tulisan ceker ayam saya. Ya, bagi saya menulis adalah hobi, dan setiap cerita adalah anugerah. Kesimpulannya hobi adalah anugerah yang harus saya simpan dalam kenangan hidup.
Baiklah sepertinya saya terlalu bermukadimah. Wkwkwk
Awalnya saya merasa bingung harus mulai menulis darimana, tapi seiring ketukan jari saya pada keyboard berbunyi nyaring, menandakan saya harus menyelesaikan cerita ini sampai akhir. Rasanya masih banyak waktu yang akan saya ceritakan nantinya. Jangan terburu-buru. Biarkan waktu menikmati permainan kata-kata saya nantinya....
Sudah sejak lama pula, jari-jari saya gatal untuk melampiaskan segala kebagahiaan atau kesedihan melalui tulisan. Saya tidak berharap lebih jika tulisan ini nantinya akan dibaca banyak orang atau tidak. Tapi yang saya harapkan adalah, jika tulisan ini nantinya bisa jadi bahan instropeksi saya di kemudian hari ketika saya sudah mulai lelah dengan segala kepenatan dunia. Saya menaruh harapan, kelak tulisan ini dapat menjadi motivasi dan semangat saya untuk terus menulis dan memberikan yang terbaik buat mereka yang menunggu untuk dibahagiakan, kelak tulisan ini bisa menjadi diazepam ketika dunia tak lagi bersahabat dengan saya, mampu menenangkan dan memberikan energi positif kembali untuk bangkit. Mungkin ini hanyalah sebagian harapan kecil dalam hidup saya, tapi sangat berarti bagi hati dan pikiran saya.....

Jadi, yang ingin saya ceritakan pertama kali adalah mengenai orang-orang yang berada disekeliling saya. Ya, saya bersyukur Allah masih memberikan saya kesempatan untuk mengenal mereka dan beterima kasih padaNya karena telah mengirimkan mereka dalam hidup saya. Allah memberikan orang yang salah agar nantinya membimbing kita untuk menemukan orang yang tepat. Kedengaran sederhana memang, tapi setelah melangkah lebih jauh sampai kesini, lama kelamaan saya menyadari bahwa kalimat tersebut bukanlah kalimat biasa. Saya belum bisa memastikan bahwa salah satu dari mereka adalah orang yang tepat, tapi saya bisa menjamin mereka yang sampai sekarang setia berada disamping saya adalah orang yang tepat untuk menemani saya sampai akhir. Pengalaman pula yang membuat semua terasa berat menjadi lebih ringan. Saya belajar banyak. Belajar dari kenangan yang ingin saya lupakan karna terlalu pahit jika diingat, kenangan yang ingin saya buang jauh-jauh karna terlalu berat untuk dipikul (Ok, ini terlalu berlebihan). Tapi, tanpa kenangan itu mungkin saya nggak bisa belajar banyak dan bisa sampai sejauh ini. Untuk itu, saya berterima kasih pada "dia" dan kenangan yang sudah mengajarkan saya banyak hal dan membuka mata saya mana jalan yang harus saya pilih. Saya nggak akan membahas "dia" kembali secara rinci. Karna masa lalu tetap masa lalu. Biarkan dia berada di belakang, karna ada masa depan yang sedang menunggu kedatangan kita di depan :)

...Dan sudah sejauh ini saya melangkah, saya mulai belajar dan mengerti banyak hal. Terutama hal yang harus saya lakukan dan tinggalkan. Alhamdulillah, saya selalu dikelilingi oleh orang-orang yang banyak memberikan hal positif dan pelajaran yang nggak saya ketahui sebelumnya. Saya juga mulai belajar untuk nggak melibatkan perasaan terlalu dalam sama hal yang bersifat pribadi. Bagi saya saat ini, berteman dengan siapa saja itu adalah anugerah. Karena Allah memberikan pintu untuk kita menjalin silaturahim. Saya juga mulai belajar untuk tidak cepat menerima perasaan sesaat saya ; yang biasanya mudah kebawa perasaan dan emosi pada seseorang yang (mungkin) menarik hati.. Saya saat ini berusaha untuk menjaganya dan memperbaiki kesalahan yang saya lakukan di masa lampau. Alhamdulillah, nikmatnya jauh lebih terasa dibanding terus menerus menjalin hubungan yang belum pasti (I hope you know what i mean) :p Mau bagaimana setelah ini, setiap detik adalah pelajaran. Jadi dimanapun dan dengan cara apapun harus belajar dan terus belajar......
Dewasaaaa banget ya sayaa? Rasanya belum. Pun untuk masalah kecil saja saya masih membutuhkan orang lain. Karena pada mulanya, manusia adalah makhluk sosial, mau berada dimanapun kita, akan butuh orang lain dalam beberapa hal *Agree?
yaudah lah ya, untukobrolan renyah pertama kali ini nggak usah ngebahas yang berat-berat, cukup berat badan saya aja yang berat *LOL
Aniwei, Thank you bagi yang telah meluangkan waktunya untuk melirik bahkan membaca cerita ngalor ngidul ini. Saya cuma perempuan biasa, yang masih butuh bimbingan dan dibimbing.....Kamu. Lemme change to...better :)

Senin, 01 Februari 2016

#30HariMenulisSuratCinta #Day2 Let Me Know Something

Jambi, February, 2, 2016
Dear, Future Imam,

Assalamualaikum....
Pagi ini sangat cerah 
Mungkin perpaduan antara matahari dan senyuman yang berasal dari sana :')
Hai....imam masa depanku
Hari ini adalah hari pertama di bulan kedua tahun 2016. Bagaimana Januari mu kemarin ? Is there something awesome ? Yahh, aku ingin sekali berbagi cerita denganmu...saat ini
Tapi sampai sekarang kita masih belum dipertemukan juga,ya? Entahlah, sepertinya Tuhan sedang merencanakan kejutan untuk kita
Bersabar...
Kalau nanti sudah waktunya, seberapa aku dan kamu berjauhan akan didekatkan, bukan? Insya Allah
Yang terpenting saat ini adalah memperbaiki dan memantaskan diri untuk pertemuan yang indah nanti. Tak ada yang mustahil jika Dia berkehendak. Kun Fa Ya Kun!
Hey, let me know something about you! walaupun aku atau kamu tak tahu rupa, semoga hati masih bisa peka. Terkadang aku suka berkhayal, bagai film Harry Potter yang bisa berbicara dengan orang - orang yang jauh tinggalnya hanya dengan mengucap mantera saja. Lucu,ya? Iya...bagiku semua bisa saja kita lakukan, jika kamu yakin. Hehehe . Mengapa kita tidak mencobanya? Aku ajarkan sesuatu padamu, mantera yang kelak kita ucap tidaklah sama dengan mantera di Harry Potter, karena mantera kita bukanlah mantera sembarangan. Jika kamu salah ucap, maka mantera itu akan berpengaruh pada kehidupan kita nantinya. Kamu tahu mantera apa itu ?
Tebak saja :)) aku tak akan menyalahkanmu jika salah menebak, Tapi kalau kamu bisa menjawab, berarti kamu dan aku sudah bisa sehati (Maunya) muehehe....
Iyaaa...mantera itu adalah "DOA" :')
Karena bagiku, doa akan lebih cepat sampai pada Allah, sehingga apapun yang kita panjatkan semoga diijabah oleh-Nya. Tapi kamu harus yakin sepenuh hati kelak setiap doa yang kita ucapkan adalah sungguh-sungguh. Oh ya, satu lagi kuberitahu ya, Jika nantinya Allah belum mengabulkan doamu atau doa kita, jangan bersedih. Karena, Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan :')
Dan aku berharap, kamu masih bersabar menunggu dan tetap mendoakan pertemuan kita nanti..
Simpan rasa penasaranmu dalam doa dengan segala rasa yang terpendam. Jangan beritahu aku dulu, karena aku ingin, Allah yang menyampaikannya padaku, nanti.
Siapapun kamu, calon imam masa depan,
Jangan henti-hentinya berdoa pada-Nya, karena jika kamu ingin mengetahui sesuatu yang tak kamu ketahui, Dia senantiasa akan selalu mendengar dan memberitahumu melalui jalan yang tak kamu sangka-sangka. Allahu Akbar...
Aku pikir aku sudah mengetahui beberapa tentangmu, walau aku tak tahu wujudmu saat ini..
Tapi , Allah telah membisikkannya padaku bahwa kamu juga sedang berdoa untuk mempersiapkan dan memantaskan diri untukku. Jadi, aku tak punya pilihan lain selain melakukan hal yang sama, bukan? Insya Allah...





Wassalam
Love because Allah,
-Hen-

Minggu, 31 Januari 2016

#30HariMenulisSuratCinta #Day1 Introduce

Jambi, January, 31, 2016
Dear, Future Imam,
"Cinta adalah bagian dari anugerah Tuhan, pun bagian dari kebahagiaan ciptaan-Nya"

Assalamualaikum....
yes! this is my first day for writing a message for you - someone who i dunno he is -
Actually, saya sengaja mengikuti event ini hanya untuk menyalurkan kegatelan tangan saya dalam mencurahkan segala inspirasi dan keabsurd-an plus kegalauan hati yang (mungkin) sayang untuk dibuang. Terlebih saya menyukai tantangan yang dapat memacu adrenalin..!
Actually, setiap perkataan adalah doa, pun saya meng-AMIN-kan apa yang saya tulis dalam sebait ataupun senarasi. Anyway, saya masih mencari-cari kata yang pas untuk saya tulis nanti selama 30 hari....
Semoga siapapun kamu ( yang menjadi tujuan tulisan saya) masih bersabar dan berkenan membaca surat sederhana ini, ya!! ^^
Nggak berharap sih, tapi hanya berdoa saja semoga Allah menggerakan siapapun kamu yang akan berjuang dengan saya nantinya di masa depan *Uhuks
Ah, saya tak banyak kata yang bisa terucap hari ini karena ini baru hari pertama..
Tapi , setelah hari ini masih ada hari-hari yang akan saya hiasi dengan syair dan bait romansa lainnya..
Honestly, saya bukan pujangga,lho. Saya hanya perempuan biasa yang belajar menjadi sholeha :')



Wassalam
Love Because Allah,
-hen-

Jumat, 25 Desember 2015

Ekspedisi di Negeri Pahlawan


Akhir – akhir ini aku sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian dalam melanjutkan pendidikanku di sebuah universitas ternama di pulau Jawa. Jauh sebelum ini aku telah banyak mencari informasi mengenai universitas yang menjadi targetku itu. Setelah semua berkas yang ku masukan dalam sebuah website universitas pilihanku, aku segera mencetak kartu ujian dan menyiapkan diri untuk bertempur di medan perang nanti. Ada rasa bahagia bisa pergi menempuh ilmu di negeri seberang, namun tak sedikit rasa cemas dan khawatir menghampiri. Bagaimanapun aku harus siap menerima semua konsekuensinya nanti dan bertanggung jawab atas pilihan ku tersebut.
Siang ini setelah mencetak kartu ujian, aku melihat banyak teman-temanku berkumpul. Mereka sedang membicarakan tentang hari perayaan wisuda diplomaku. Aku baru menyadari bahwa wisuda ku juga akan diselenggarakan pada bulan yang sama aku mengikuti ujian masuk universitas. Ku hampiri mereka yang sedang asyik mengobrol..
“Eh,Tik Lagi ngomongin apa sih? Seru banget kelihatannya” tanyaku pada salah seorang temanku
“Ini loh uni, kita lagi ngomongin persiapan wisuda nanti. Uni gimana? Sudah menyiapkan baju kebaya untuk acara nanti?” tanyanya balik padaku. Sontak ku terkejut mendengar pertanyaan dari Tika. Aku benar-benar tidak sadar bahwa hari wisudaku sebentar lagi tiba, namun aku belum menyiapkan diri untuk itu.“Ya kalau baju kebayanya sih sudah,tik. Hehehe” jawabku dengan tampang polos
“Emang kepastian wisudanya tanggal berapa sih?” lanjut ku bertanya pada Tika
“Loh uni belum tahu juga? Tanggal 8 bulan depan? Sudah tinggal seminggu lagi ini uni” jawab Sari
Bagaimana aku bisa melupakan hari pentingku? Mungkin karena terlalu sibuk dengan urusan persiapan ku masuk universitas, sehingga membuatku melupakan beberapa hal yang perlu aku persiapkan juga. “Tanggal 8 bulan depan? Tunggu! Bukankah, besoknya aku harus melakukan ujian masuk universitas?” batinku dalam hati. Ini benar-benar dilema. Di sisi lain aku akan wisuda, namun disisi lainnya aku harus berangkat ke luar kota untuk ujian. Yang kuharpakan saat ini hanyalah keajaiban semoga jadwal wisuda bisa ditunda.

            Namun hal yang kutakutkan terjadi. Setelah pembicaraanku bersama Tika dan Sari seminggu yang lalu, ternyata jadwal wisudaku tidak ditunda. Saat ini aku telah berada di sebuah auditorium tempat ku melaksanakan perhelatan besar bagi calon diploma. Aku telah mengenakan baju hitam kebesaran dan sebentar lagi gelar diploma akan segera melekat di akhir namaku. Ada perasaan haru saat mendengar namaku dipanggil kedepan. Hari yang ditunggu telah tiba. Perjuangan panjang selama tiga tahun telah terbalaskan dengan satu hari yang bersejarah ini. Ibu dan bapakku sampai meneteskan air mata melihat kemenanganku pada hari ini.
“Selamat ya, uni. Akhirnya sudah sarjana juga. Semoga nanti diterima di universitas yang diinginkan”
“Terima kasih, Sa. Doakan ya besok ujian penentuannya, semoga aku bisa lanjut pendidikan lagi.” Jawabku pada Nisa.
Nisa mengangguk dan tersenyum padaku. Nisa adalah sahabatku semasa kuliah, namun beda kampus. Kami telah bersahabat sudah hampir tiga tahun dan sampai sekarang.
“Uni, kita harus berangkat ke bandara supaya tidak terjebak macet nanti. Takutnya kalau nanti, kamu ketinggalan pesawat, nak” ajak ibuku tiba-tiba
“Baik buk, kita memang harus buru-buru. Mengingat besok adalah hari ujiannya.” Jawabku pada ibu. Aku telah mempersiapkan semua perlengkapanku didalam mobil. Setelah ku berganti pakaian akhirnya, kijang yang di pacu oleh Om Syarif melaju sampai ke bandara. Dengan perasaan lelah bercampur cemas aku menunggu sampai akhirnya tiba di bandara. Kedua orang tuaku mengantarkan sampai pintu keberangkatan. Saat itu tampak enam orang temanku telah menunggu kedatanganku. Ya, aku tidak sendiri. Aku akan mengikuti ujian bersama temanku yang lainnya.
“Buk , doain ya semoga uni bisa lulus masuk universitas yang uni inginkan dan melanjutkan pendidikan disana.” Pintaku pada ibu
“Ibu akan selalu mendoakan yang terbaik,nak. Hati-hati ya, segera kabarkan ibu jika sudah sampai.” Jawab ibu. Aku tersenyum dan langsung memeluk ibu.

            Saat ini aku telah sampai di Bandara Internasional Juanda. Setelah kami semua mengambil bagasi akhirnya Om Budi, yang baru kuketahui namanya dari salah seorang temanku, datang menjemput. Kami diantar sampai tiba di penginapan. Rasa lelah luar biasa mengampiri seluruh tubuhku. Aku segera membersihkan diri dan beristirahat untuk persiapan besok hari.
Keesokan harinya, kami semua bangun dengan perasaan yang sudah kembali segar. Bagaimanapun keadaannya, kami harus tetap semangat untuk meraih masa depan. Setelah bersiap akhirnya kami langsung menuju ke tempat ujian. Ujiannya hanya berlangsung satu hari dalam waktu dua jam saja, namun sangat berarti bagi ku dan keenam temanku. Setelah selesai ujian, kami bergegas mengambil tempat duduk di bawah pohon yang tak begitu rindang
“Gimana ujiannya tadi, teman? Sulit juga ternyata,ya.” Laksmi mulai membuka obrolan
“Bener mi. Soalnya lumayan bikin otakku jadi keriting.” tambah Rere
“Bagaimana kalau setelah ini kita refreshing dulu sambil menunggu pengumuman nanti. Kan lumayan sudah sampai disini, masa tidak jalan-jalan?” tutur Putri
“Baiklah, kita atur saja rute perjalanan kita selama disini. Setidaknya sambil menyelam minum air, tujuan awal adalah ujian namun setelah hal pertama selesai, tidak masalah kalau kita pergi berlibur sejenak,kan?” kataku pada teman-teman yang lain
‘Setuju! Kita harus tahu tempat wisata yang bagus di Surabaya ini.Dari makanan sampai tempat sejarahnya harus kita telusuri. Kelak, hari ini akan jadi kenangan yang bisa kita ceritakan kepada teman-teman dan keluarga kita”
“Wah boleh juga tuh. Sebaiknya kita minta tolong om Budi dalam perjalanan kita saja. Karena dari kita belum pernah ada yang kesini, takutnya nanti malah nyasar.” Jawab Rosa. Aku dan lima orang temanku yang lain hanya tertawa mendengar penjelasan Rosa. Gadis lugu ini sangat takut jika nanti kita akan hilang di kota sebesar Surabaya.

            Setelah kami semua bermusyawarah, aku segera menghubungi om Budi. Beruntungnya beliau langsung menyanggupi permintaan kami. Beliau mengatakan bahwa perjalanan keliling Surabaya ini akan dimulai pada esok hari. Aku dan teman-teman lain langsung berteriak kegirangan.
Esoknya, setelah bersiap dan makan pagi, perjalanan dimulai dengan rute ke jembatan Suramadu. Sejujurnya, aku tidak pernah membayangkan berada di kota penuh sejarah ini. Aku, gadis keturunan minang, terkadang hanya menghabiskan waktu liburan di sekitar kota di pulau Sumatera saja. Namun, saat ini, kakiku telah menginjakkan bumi arek-arek Suroboyo. Ada perasaan bangga dan senang ketika sampai di tempat sejauh ini. Setelah memakan waktu kurang lebih dua jam, sampailah kami di jembatan Suramadu, jembatan yang dulunya hanya dapat kulihat di televisi saja atau kadang di media masa. Tapi sekarang aku telah berada di atasnya sembari melihat pemandangan kiri dan kanan adalah hamparan lautan yang terpampang luas. Kami tidak diizinkan turun karena kononya ada polisi dari dinas perhubungan yang sedang berpatroli di jembatan tersebut. Alhasil, om Budi membawa kami ke bawah jembatan untuk sekedar mengambil foto dalam mengenang perjalanan kami di jembatan Suramadu. Memang tidak diragukan, jembatan panjang tersebut sungguh istimewa, jembatan yang menghubungkan kota Surabaya dan Madura. Terlebih banyak hiasan yang bertengger indah di atas jembatan menambah kesan elegan pada jembatan Suramadu. “Setelah ini, kita akan kemana lagi om?” tanyaku pada om Budi
“Kita akan berkunjung ke makam bapak pencipta lagu Indonesia Raya” jawab om Budi
“Maksud om, W.R Soepratman?” tanya Rosa tiba-tiba
Om Budi tersenyum dan itu pertanda jawaban Rosa tadi benar. Aku tak pernah tahu bahwa sebelumnya ada makan W.R Soepratman disini. Mungkin karena ketika pelajaran sejarah dulu aku sering tertidur di kelas saat guru menerangkan. Ah, malu dan menyesal sekali rasanya.
Tak butuh waktu lama, akhirnya kami sampai di sebuah pekarangan yang tidak begitu luas. Dari luar tampak tugu batu yang mengisyaratkan bahwa disini adalah tempat makam bapak W.R Soepratman, sayangnya kami tak bisa masuk untuk melihat lebih jauh, karena kebetulan penjaga makam sedang tidak berada disekitar makam. Walaupun demikian, kami tak lantas kecewa, setidaknya ada beberapa gambar yang dapat kami ambil di tugu batu makam bapak W.R Soepratman tersebut.
Karena waktu dzuhur telah tiba, om Budi langsung memboyong kami ke sebuah masjid yang berbeda dari masjid kebanyakan. Masjid Muhammad Cheng Hoo. Ya, masjid bercorak klenteng ini membuat aku dan teman-teman lainnya terkagum. Pertama kali kami masuk, ada rasa sangsi melihat etnik Cina yang begitu kental. Tapi, setelah beberapa kali kami berkeliling mengitari masjid, akhirnya kami yakin kalau bangunan megah itu adalah sebuah masjid. Pepatah dulu mengatakan, “janganlah menilai sesuatu hanya dari luarnya saja.” Aku setuju akan hal itu. Terbukti dengan kemegahan masjid Cheng Hoo ini menambah nuansa sejarah yang apik didalamnya
“Masjid ini didirikan oleh seorang pemuda Cina yang masuk islam dulunya.” Jelas om Budi pada aku dan teman-teman.
“Kalau dlihat dari luar, memang seperti klenteng ya om, tapi kalau sudah masuk ke dalam, aura masjid sesungguhnya baru terpancar.” Jawabku
Teman- temanku yang lain terpesona melihat intrinsik masjid yang sangat berbeda dari masjid lainnya yang sering kami temui.

Perjalanan dilanjutkan menuju ke tugu pahlawan. Tempat ini merupakan saksi bagaimana perjuangan para pahlawan kita berjuang memperebutkan kemerdekaan Indonesia. Tak lupa kami mengabadikan momen bersejarah ini dalam beberapa jepretan foto. Walaupun sang surya terlalu semangat memancarkan sinarnya, kami bertujuh tak patah semangat melanjutkan perjalanan yang berharga ini. Kami mulai menyusuri sudut demi sudut yang ada di tugu pahlawan. “Ternyata Indonesia memiliki begitu banyak cerita sejarah yang luar biasa,ya.” Tutur Cindy tiba-tiba
“Aku semakin bangga pada Indonesia”
“Kalau saja dulu aku tak tidur saat pelajaran sejarah, mungkin aku tak akan malu seperti sekarang. Masa sejarah Indonesia saja bisa kulupakan” tambahku
“Jadi, perjalanan kita hari ini adalah pelajaran dan pengalaman berharga buat kita,teman. Sambil menyelam minum air. Sambil ujian kita liburan.” Rere tertawa diikuti kelima temanku yang lain
Setelah puas mengitari setiap sudut tugu pahlawan, om Budi, yang menjadi pemandu setia wisata kami, mengajak untuk melihat monumen kapal selam. Di fikiranku tak sedikitpun terlintas bentuk dan rupa monumen tersebut. Waktu telah menunjukan pukul empat sore, kami tiba di monumen kapal selam dengan disambut rinai hujan yang menambah kesegaran setelah panas terik. Om Budi langsung mengajak kami masuk untuk melihat apa yang terdapat di dalam monumen kapal selam. Dan kembali aku terpengarah melihat bahwa didalam monumen ini didesain persis seperti kapal selam sungguhan, dimana terdapat tempat tidur prajurit dan kapten, peralatan perang, tempat penyimpanan bahan bakar dan amunisi serta beberapa bagian kapal selam yang tak kuingat namanya. Kurang lebih satu setengah jam kami menghabiskan waktu di dalam monumen, om Budi mengajak kami pergi ke suatu tempat yang menjadi ciri khas kota Surabaya. Patung Surabaya. Kami sampai tepat setelah hujan berhenti, sehingga tampak beberapa pengunjung yang mengambil gambar di sekeliling patung. Patung Surabaya terlihat begitu nyata. Ini merupakan simbol kemegahan kota Surabaya sendiri.
“Ini namanya patung Suro lan Boyo,mbak. Maksudnya patung ini menggambarkan ikan Hiu Sura dan Buaya” jelas om Budi pada kami
“Bagus banget ya,om. Pantas saja, patung ini jadi maskot Kota Surabaya.” Tambah Putri
Rosa dan Cindy mengangguk semangat. Mereka terlihat antusias mendengar mata kuliah sejarah yang dijelaskan om Budi. Setelah lelah berjalan, akhirnya kami semua memutuskan untuk pulang. Karena hujan kembali turun, om Budi langsung membawa kami ke penginapan. Hari ini sangat istimewa. Dari menyeberangi pulau melalui sebuah jembatan terpanjang, berkunjung ke makam bapak pencipta lagu Indonesia Raya, shalat di masjid dengan etnik Cina yang kental, menjelajahi tugu pahlawan yang menyimpan banyak peristiwa sejarah didalamnya, menelusuri setiap monumen kapal selam dan mengupas tuntas bagian - bagian kapal selam untuk perang pada jaman dulu sampai ditutup dengam menikmati patung Surabaya yang menjadi maskot kota indah ini.

Ekpedisi di negeri pahlawan sungguh menyenangkan dan meninggalkan kesan yang mendalam di hati. Semoga kota pahlawan ini akan terus seperti ini sampai kapanpun. Kota yang menyimpan banyak cerita dan saksi bisu atas perjuangan dan keringat para pahlawan yang merebut kemerdekaan Indonesia. Betapa bamgganya jadi salah satu bangsa Indonesia. Belajar dari sejarah, bahwa para pahlawan terdahulu dengan keringat bercucuran darah, dengan semangat yang terus membara, mereka mampu merebut kemerdekaan Indonesia dari bangsa asing. Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk membalas semua jasa – jasa beliau ? haruskah kita menyerah disetiap langkah perjuangan kita sedangkan para pahlawan saja enggan berhenti dan mengeluh demi kebahagiaan anak cucu mereka ? terima kasih, hari ini aku telah banyak belajar dan dibawa untuk menelusuri kilas balik perjuangan pahlawan bangsa dan melihat takjub bukti perjuangan mereka. Suatu saat, anak cucuku harus melihat ini , agar mereka tahu bahwa kemenangan kemerdekaan Indonesia bukanlah cerita sejarah belaka atau dongeng sebelum tidur.


Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Writing Project #Jalan2INDONESIA yang diselenggarakan Nulisbuku.com, Storial.co, dan Walk Indies.



Selasa, 22 Desember 2015

SURAT UNTUK IBUK

Jambi, 22 Desember 2015

Ytc, Ibuk....
Dear, ibuk...
Anggap saja ini bukanlah sebuah surat dari ku untukmu. Ini adalah bait – bait cinta dari segala rasa syukurku akan cintamu. Kini hampir seperempat abad ku hidup di dunia ini, menghirup oksigen milik-Nya dan menapaki setiap sudut duniawi yang fana ini. Aku telah beranjak dewasa kini,buk. Aku, yang dulunya gadis kecilmu kini bakal calon ibu untuk cucu-cucumu kelak. Ibuk, andai aku diberi tiga permintaan seperti didongeng lampu ajaibnya Aladin, aku ingin terus berada didekat ibuk, didekapan hangat ibuk. Karena aku tahu, tak ada tempat ternyaman di dunia ini dibandingkan dalam balutan cintamu. Ibuk, kalau saja nanti ada yang datang melamarku, katakan padanya untuk bisa menungguku sebentar. Aku ingin membahagiakanmu dahulu. Aku ingin membalas semua perjuangan dan pengorbananmu selama ini, walau aku tahun lautan dan samudera luas di luar sana pun tak mampu aku genggam sebagai ganti balas jasamu padaku

Dear, Ibuk....
Berapa banyak kata lagi yang akan kurangkai sebagai wujud rasa syukur dan terima kasihku atas kekuatanmu untukku selama ini. Apa yang bisa membuatmu bahagia, buk? Katakanlah...
Akan ku lakukan semuanya untukmu..Tapi kau hanya menjawab dengan kalimat yang hampir membuatku berhenti bernafas, “Ibuk, hanya ingin melihatmu sukses,nak”. Ya, itulah permintaan sederhanamu yang mampu buat kau bahagia. Mengapa ibuk selalu saja mementingkan kebahagiaanku dibandingkan dirimu sendiri,buk? Aku selalu saja bertanya pada diriku sendiri. Ya, kau adalah pahlawan tanpa balas jasa, kau wonder womanku,buk. Yang kau beri tak sebanding dengan yang kau dapatkan. Aku selalu kalah jika terus berdebat denganmu. Karena kau hanya memikirkan bagaimana aku bisa sukses dan berhasil di kemudian hari. Kau hanya butuh itu....

Dear, Ibuk....
Aku bukanlah pujangga yang mampu merajut bait menjadi sebuah puisi. Aku bukanlah penyair yang mampu menciptakan sajak demi sajak menjadi indah. Aku bukanlah sutradara pembuat cerita romantis. Aku hanya anakmu, gadis kecil dari darah dagingmu sendiri. Aku, yang selalu kau beri cinta hingga tumbuh menjadi orang yang dicintai. Aku, yang kau rawat dan dididik dengan penuh kesabaran hingga tumbuh menjadi orang yang tahu menghargai. Aku, bukanlah mereka yang terkenal dan berlimpah harta. Tapi bagiku, kesederhanaan yang mampu membuatku kaya akan ilmu. Kau ajarkan aku berkenalan dengan sakit. Kau ajarkan aku bersahabat dengan keprihatinan. Sampai pada akhirnya, bersenang – senang kemudian aku rasakan. Ah, entahlah rasanya aku merasa kurang jika harus mendeskripsikan betapa luar biasanya dirimu. Aku hanya butiran pasir di pantai yang kelak akan hilang dengan deburan ombak yang menari. Tapi, karena kau dan cintamu mampu menguatkan aku melawan betapa kerasnya dunia ini. Terima kasih ibuk, tanpamu mentari mungkin saja dapat bersinar, namun aku takkan mampu hidup jika hanya ditemani sinar mentari tanpa kehangatan darimu.
SELAMAT HARI IBU, MALAIKAT TAK BERSAYAP KU :*

With love,
Your sweet naughty daughta
Hen’s






jangan lupa dikomen dan diberi saran yaaterima kasih sudah berkunjung, jangan bosan - bosan datang lagi yaa